Pagi tlah datang,
Burung
berkicau.
Namun kali ini
berbeda.
Awan tak lagi
cerah.
Tak kusangka,
ini sebuah pertanda.
Semua
berlinangan air mata.
Di sini...
Di tempat serba
putih.
Tenaga medis
sedang berusaha menyelamatkan nyawa.
Cairan hangat
mulai turun basahi pipi.
Ya, air mata
telah menemani.
Menemani
kekhawatiranku.
Akan perginya
sosok dirimu.
Harapanku pupus
seketika.
Nyawanya telah
melayang.
Sakit... Benar
benar sakit.
Tuhan...
Secepat inikah sayap ku kau ambil.
Hanya Kalimat
"Innalilahi wainnailaihi rojiun" yang terucap.
Linangan air
mata semakin deras.
Tak kuasa ku
menahan sakitnya.
Merasakan
sebelah sayapku patah.
Lutan manusia
hadir di sebuah rumah sederhana.
Bendera
kematian tertanam di pelataran
Sungguh tak
berdaya diriku melihatnya.
Menyaksikan
sayapku pergi meninggalkan raga.
Ayat Suci lah
yang bisa kuhadiahkan tuk mengiringi kepergiannya.
Bagaimana
mungkin aku bisa terbang?
Sebelah sayapku
tlah hilang.
Bagaimana bisa
aku meraih bintang?
Jika sayapku
tlah patah.
Kesadaran
membangkitkan semangatku kembali.
Sebelah sayapku
selalu melengkapi sayap yang hilang.
Ya... Hanyalah
penguat nan dukungan bisa mengembalikan patahnya hati.
Kini satu
satunya hadiah untuknya yang terbaik ialah Doa.
Ungakapan rasa
cinta Melalui satu huruf yang ku baca untuknya.
Al - Qur'an...